Banyak kisah-kisah di dalam Alkitab yang menceritakan sosok dan
jati-diri Malaikat Gabriel. Begitu pula tak kurang kisahnya sosok Ruh Jibril
itu diceritakan di dalam Al-Quran, baik ucapannya, maupun sepak terjangnya.
Tanpa banyak menyidik, orang-orang Muslim umumnya beranggapan bahwa kedua sosok
ini sama oknumnya. Dikatakan, Jibril dan Gabriel adalah sama, yaitu Malaikat
penyampai wahyu Tuhan, yang satu nama dalam lafal Arab, yang lain dalam lafal
Ibrani. Tetapi sebaliknya dengan orang-orang Kristiani pada umumnya –
sejak zaman Ahli Kitab dimasa Muhammad hingga sekarang – justru sangat menolak
kesamaan kedua oknum tersebut. Mereka tidak melihat dimana kesamaannya, kecuali
dimirip-miripkan oleh Muhammad seorang dalam kisah kunjungannya kepada Maria,
wanita yang melahirkan Yesus. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa Muslim tidak
mempunyai bukti dan saksi apapun tentang klaim kesamaan keduanya! Artikel "WHAT IF Gabriel dan Jibril
Saling Asing" jelas
telah membuktikan yang satu adalah Malaikat Tuhan, sementara yang lain hanyalah
"Malaikat Jadi-jadian" yang dicangkokkan.
Disini, Jibril-Quranik itu akan diuji lebih lanjut terhadap
Gabriel-Injili dari pelbagai segi – kualitas, otoritas, dan otentisitas,
sehingga Anda pembaca dapat menarik kesimpulan sendiri secara lurus dan mudah
"Siapa yang satu", dan "Siapa yang lainnya". Kita batasi
kupasan dengan hanya mengambil beberapa contoh perkisahan pada kedua Kitab-Suci
(Alkitab dan Quran) yang sudah cukup kaya memperlihatkan perbandingan Gabriel
versus Jibril lewat ucapan dan perilaku dari kedua oknum tersebut.
KISAH ZAKARIA (Surat Maryam)
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira
kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami
belum pernah menciptakan orang (memberi nama?) yang serupa dengan dia"
(ayat 7)... Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda".
Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap
dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". Maka ia keluar dari
mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang (ayat 10,11).
Dalam dua ayat Quran ini saja, sudah tampak ada banyak sekali
keanehan wahyu yang jauh dari otentisitas dan otoritas wahyu Tuhan semesta
alam, sehingga mustahil ayat-ayat begitu dapat dijelaskan dengan benar dan
masuk akal.
(1). Pertama-tama diriwayatkan oleh Muhammad
bahwa Jibril berwahyu kepada-nya dalam surat ini (Surat Maryam) bahwa Zakaria
bukan dikunjungi oleh Jibril, melainkan oleh Allah
sendiri, dan ia bercakap-cakap dengan Allah secara langsung. Padahal, mulai
ayat 17, pewahyuan kepada Maryam berganti diucapkan oleh hanya seorang "Jibril" (yang berubah jadi laki-laki sempurna)
dan bukan lagi oleh Allah. Ada apa gerangan? Tidakkah Maryam sedikitnya lebih
layak mendapatkan kunjungan (dan berbicara langsung) dengan Allah ketimbang
Zakaria? Bukankah Maryam diberi makanan langsung dari Allah dalam mihrab, dan
Zakaria hanya menjadi wali/pemelihara fisik Maryam? (Sura 3:37). Dan tidakkah
Maryam telah dipilih oleh Allah sendiri, dan ditetapkanNya sebagai perempuan
yang disucikan dan dilebihkan di atas sekalian perempuan lainnya yang ada di
dalam alam ini? Bukankah ia bersama Isa Al-Masih dinyatakan sebagai Ayatollah
yang sejati?
BANDINGKAN dengan apa yang ditulis dalam Alkitab, dimana
kedua hamba Tuhan ini (Zakharia dan Maria) dikunjungi oleh Gabriel yang sama!
Justru kunjungan Gabriel kepada Zakharia ini (untuk kabar baik tentang
kedatangan Yahya) dipakai sebagai pembuka dan penyaksi bagi kedatangan Kabar
Baik yang sejati lewat Maria, yaitu Yesus! (Sura 3:39; Yohanes 1:34). Ahli
Kitab tahu bahwa Jibril rupa-rupanya gagap, serba-salah, dan keliru ketika
menceritakan kisah dirinya kepada Muhammad, sehingga tercetuslah ayat yang asal
jadi bahwa Allah-lah yang mengunjungi Zakharia, sementara Jibril-lah yang
berurusan dengan Maryam!
(2). Jibril mengatas namakan Zakaria yang telah
menjadi bisu itu untuk mengisyaratkan kepada kaumnya, "hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang". Dan
para pembaca yang kritis segera akan melihat bahwa seruan Zakaria semacam ini
adalah seruan sempalan yang semata-mata dicangkokkan oleh kenabian Islamik yang
Arabik itu ke dalam agama Yudaisme. Sebab Anda tak akan menjumpai dalam
kitab-kitab Yahudi tentang aturan Tuhan Yahweh yang menyerukan doa tasbih dua
kali sehari, pagi dan petang! Nabi Daniel yang pernah dikunjungi oleh malaikat
Gabriel justru selalu berdoa 3x sehari (Daniel 6:11). Para ahli, Muslim dan Non
Muslim, sama mengetahui bahwa pada awalnya Muhammad tidak tahu persis bagaimana
harusnya menyelenggarakan shalat Islam sehari-hari. Dia yang ummi, pasang mata
dan telinga memperhatikan bagaimana agama lain meritualkan doa mereka
masing-masing. Tetapi hasil dengar-dengarannya sering terbukti salah dan tidak
tepat.
Dan ini adalah salah satunya, dimana dia mengira orang-orang
Yahudi bertasbih 2x sehari, pagi dan petang. Itu pula sebabnya kenapa Quran
juga menyatakan keharusan shalat di pagi dan petang (Sura 48:9), serta
terus mengambang dalam ketiadaan praktek liturgi shalat yang teratur seperti
yang disebutkan dalam Sura 73:20, "Sesungguhnya
Tuhanmu mengetahui bahwa engkau berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam
atau setengahnya atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang bersamamu." Sehingga
ibadah shalat terus bergeser menuju shalat 3x sehari (2 tepi siang dan 1 malam
dalam Sura 11:114), sekalian mencari-cari bentuknya yang tepat, termasuk
mengubah duha (setelahmatahari terbit) untuk diganti dengan shalat fajar
sesaat sebelum matahari terbit. Juga menyuruh ruku’
(Sura 2:43, 22:77, 77:48 dll), yang dirangkaikan dalam bersujud (Sura 15:98,
25:64, 48:29).
Namun dimanapun yang dipersaksikan dalam Quran, waktu shalat yang
diwajibkan itu tidak pernah berubah menjadi LIMA-waktu seperti yang kelak
dimitoskan dalam periwayatan Hadis tentang Israa’-mikraj. Para pakar
Islam mencoba mencari pijakannya dalam Quran, dan mereka memaksakan diri untuk
memunculkan "azaz" 5 waktu shalat itu dari ayat yang satu
ini, Sura 17:78,
"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." Tetapi ada pula pihak-pihak lain yang
justru melihatnya sebagai shalat dua-waktu, atau shalat tiga-waktu. Bahkan ini
mungkin sekali sudah termasuk shalat wustha yang tidak diberi kejelasan waktu
khusus (lihat Sura 2:238, yang dianggap sama dengan shalat ashar dalam
HR.Muslim).
Oleh karena itu, tidaklah pantas bila ada pihak yang memutlakkan
tambahan ekstra shalat yang tidak diwajibkan oleh Quran, kecuali mereka memilih
Hadis sebagai otoritas tertinggi Islam. Sebab sekalipun katakanlah hal itu
disebut dalam Quran, namun ia tidak selalu mutlak berkaitan dengan wajib shalat
menurut spesifikasi waktu yang ditetapkan.
Dalam ketiadaan kepastian, sempat diamalkan oleh Abdullah Chakrawali dan Khwaja
Ahmad Din dan para
pengikutnya dengan tafsiran paling longgar terhadap shalat – yaitu sebanyak
EMPAT waktu shalat dalam sehari. (lihat A. Chakrawali, Burhan al-Furqan ‘ala Shalat
al-Quran, p.7-8). Kelompok
Inkar-Sunnah kini justru makin vokal berkata: "Kami
tidak mengimani apa-apa yang tidak ada dalilnya dalam Quran. Shalat 5 kali
sehari hanyalah syariat buatan manusia". Namun syariat itulah yang
disepakati komunitas Muslim dalam demam religi-nya yang memuliakan dongengan
Mikraj, padahal lagi-lagi peristiwa Mikraj ini tidak sedikitpun disinggung oleh
Quran! Aneh, bukan? Lalu bagaimana kita memahami fenomena yang mungkin salah
kaprah ini? Ya, kita semua tahu bahwa warna bisa dilihat, dan rasa bisa
dirasakan, tetapi manusia sering tergoda lebih jauh lagi. Mereka mau melihat
rasa, dan merasakan warna! Dan itulah yang oleh para ahli disebut sebagai
"kesalahan dimensional" dari manusia yang tersihir.
(3). Kemustahilan lainnya dari kisah Jibril
adalah bahwa Allah hanya menghukum Zakaria untuk bisu selama 3 hari saja.
Padahal hukuman ini bersangkut paut dengan ketidak-percayaan seorang Zakaria
(yang Nabi) yang sudah berulangkali meminta agar Allah memberinya seorang anak.
Dan tatkala Allah datang dan memberinya anak, Zakaria malah masih minta tanda tetek-bengek dengan mengabaikan TANDA TERBESAR
dihadapannya, yaitu kehadiran Sang Allah sendiri yang bercakap-cakap dengan
dirinya! Ini jelas bukan kualitas kenabian, melainkan kualitas seorang
"kafir" yang melecehkan iman terhadap Allah yang ada di depan
matanya. Ia seharusnya dihukum berat (dalam Alkitab, Zakharia dihukum 9 bulan,
sampai dengan kelahiran anaknya Yahya terjadi sesuai dengan janji Tuhan).
Bagaimanapun, bisu selama tiga hari hanyalah klaim Jibril yang asal-jadi (tanpa
saksi) yang membodohi Muhammad dan orang-orang yang tidak mengenal Injil. Tetapi
Alkitab berkata dengan cermat di atas bukti dan saksi, bahwa segala peristiwa
itu menjadi buah tutur para saksi mata di seluruh pegunungan Yudea, dan itu tak
mungkin terhapuskan kebenarannya oleh spekulasi dan ulah Jibril dan Muhammad:
"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet (istri Zakharia)
untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Maka datanglah
mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak
menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata:
"Jangan, ia harus dinamai Yohanes (Yahya)." Kata mereka kepadanya:
"Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu
mereka memberi isyarat kepada bapanya (yang masih bisu) untuk bertanya nama apa
yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu
menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun
heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah
lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang
yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di
seluruh pegunungan Yudea." (Lukas 1:57-65).
Dimana-mana kita selalu menyaksikan satu fenomena klasik:
Menghadapi suatu isu yang tak terterobos oleh argumentasi Islamik, Muslim hanya
bisa main lempar tuduhan bahwa Alkitab orang Kristen dan Yahudi itu korup dan
tak bisa dijadikan pegangan. Itu adalah argumen yang paling primitif dan
memalukan, dimana diulangi kembali cara-cara Utsman bin Affan yang hanya mau
merujukkan Mushaf-nya sendiri sebagai "kebenaran tunggal" sambil
menolak mushaf-mushaf primer selainnya, yaitu bukan dengan tuduhan, tetapi
dengan perintah memusnahkannya! Tetapi ingat bahwa keluarga Zakharia bukan
kelompok orang-orang jahat yang mau mengubah tanda "bisu 9 bulan"
menjadi "bisu 3 hari". Tak ada kepentingan bagi para saleh untuk
mengubah TANDA Allahnya, dan mustahil kisah turun temurun yang sebegitu dahsyat
mau diubah menjadi bentuk tanda
yang lebih lemah dan sederhana, semacam "syok 3 hari gagu, tidak bisa
bicara".
Jangan lupa bahwa "tanda 3 hari itu" bukan juga tanda
bahwa Elisabet itu pasti sudah mengandung. Tetapi "tanda 9 bulan"
adalah benar tanda disepanjang proses pembuktian kehamilan sebagaimana yang
telah dijanjikan. Itulah tanda sejati yang tidak asal-asalan-jadi tanpa bukti!
Dan jangan juga lupa, bahwa masih ada Maria sebagai benteng pembuktian
terakhir. Celakanya, bukti ini sengaja dikosongkan oleh Jibril dan Muhammad
sama sekali. Mari kita lihat.
Dalam maklumat Gabriel kepada Maria, ia meneguhkan otoritasnya dengan
memberitahukan sesuatu yang tersembunyi, "Dan
sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak
laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut
mandul itu" (Lukas
1:36). Atas pemberitahuan yang berotoritas ini, Maria pergi mengunjungi
Elisabet, "Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung
berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah
Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet" (Lukas 1:39-40). Di sana Maria
hanya berbicara dengan Elisabet, dan tidak tercatat ia berbicara apapun dengan
"wali-nya" Zakaria (yang menurut Jibril sudah tidak bisu lagi setelah
3 hari). Jadi bagaimanakah Muslim menyikapi "kesempurnaan" pewahyuan
seorang Jibril yang tidak SEKALI-PUN memberikan bukti dan kredensinya dalam
Quran, apalagi dalam dongeng-dongeng Hadis. Inilah yang terjadi tatkala suatu
kebenaran ilahi dicatut atas nama Allah! Dan inilah yang dipercayai Muslim
tanpa menyidik lebih jauh siapa Jibril, dan siapa Gabriel!
(4). Jibril Quranik menghadapi satu dilema
besar disini karena terlanjur menyampaikan wahyu asal-jadi yang tidak mungkin
bisa diterima, apapun tafsirannya dicoba untuk diplintirkan! Yaitu menyangkut
ayat 7 yang saling bertentangan ketika diterjemahkan oleh Depag dan Disbintalad
berturut-turut, yang satu merujuk kepada "orang", yang lainnya
merujuk kepada "nama orang":
"Sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang
serupa dengan dia".
"Belum pernah Kami memberikan nama seperti itu
sebelumnya".
Kedua wahyu (atau tafsiran wahyu) ini adalah "salah
kaprah" semuanya! Karena memang tidak mungkin ada dua orang di dunia ini
yang pernah Tuhan ciptakan serupa. Dan sebaliknya, juga tidak mungkin untuk
Tuhan memberikan satu-nama yang sama kepada dua NabiNya yang berbeda! Ini akan
menempatkan Allah dalam keterbatasan kreatifitas dan pilihan, sekaligus sebagai
lebih kerdil daripada Adam, yang justru mampu memberikan nama yang berbeda
kepada setiap binatang-binatang yang berbeda spesies-nya. Bagi Tuhan, nama yang
Dia berikan kepada DiriNya atau kepada seseorang lainnya adalah merujuk kepada
keseluruhan pribadi dari sosok tersebut yang selalu melekat, unik dan
satu-satunya. Maka pengumumanNya seperti di atas sungguh menjadikan ayatNya
sekaligus redundant,
mubazir, tidak memberikan makna dan bobot pewahyuan, kecuali kenaifan yang
primitif!
Sebagian Sarjana Islam merasa risi, dan mencoba mengartikan ayat
itu sebagai penganugrahan nama khusus unik bagi Yahya (Yohanes). Tetapi mereka
tidak mempunyai bukti apapun dari sumber Islam/Arabia sendiri. Dan ketika
hendak dicarikan dari sumber Israel, maka mereka lagi-lagi terjebak karena nama
tersebut ternyata bukan nama baru/unik samasekali dikalangan Israel, melainkan
sudah pernah dipakai duluan oleh orang yang lebih tua dari Yohanes, yang
dikonfirmasi oleh Yesus sendiri. Si Yohanes tua itu adalah ayahnya Simon Petrus
sendiri! (lihat Yohanes 21:15). Alkitab mengatakan secara faktual bahwa nama
Yohanes (Yahya) itu hanyalah nama asing/baru dikalangan INTERN keluarga besar
Zakharia: "Tidak
ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Tetapi agaknya kepergok disini bahwa
Jibril/Muhammad salah mendengar kisah Zakaria ini (yang diucapkan secara oral
berantai dari mulut kemulut), sehingga salah menangkapnya seolah-olah Tuhan-lah
yang meme-teraikan sebuah nama baru yang sebelumnya tidak ada duanya di dunia!
Jadi betapa gegabahnya apa yang disebut pewahyuan purna-sempurna dari seorang
Jibril Quranik!
KISAH MARYAM (Surat Maryam)
Pembuktian tentang inferioritas Jibril (versus Gabriel) dalam
maklumatnya kepada Maryam ini sudah dipaparkan secara telak dalam artikel yang
lain dalam seri WHAT IF...
Kita tidak akan memapar ulang lagi kekonyolan maklumat Jibril
disini, yang datang tidak memberi salam, dan yang pergi tidak meninggalkan
pamit. Malah Jibril tidak mendeskripsikan Subyek & Obyek dari sang anak
yang (akan) harus dilahirkan oleh Maryam, padahal terdapat kerisauan dan
ancaman nyata atas dirinya: penistaan dan penghukuman rajam karena ia bunting
tanpa suami!
Dalam kupasan ini, hanya akan ditambahkan sedikit fakta lain yang
sering terlewatkan oleh ke-masa-bodoan/ketidak-kritisan Muslim. Fakta-fakta
tersebut kami jejerkan di samping setiap ayat sumir (atau yang tak masuk ke
akal) yang Jibril turunkan ke dalam Quran:
22. "Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri
dengan kandungan-nya ke suatu tempat yang jauh". [Tampak Jibril/Muhammad
buta geografi, dan buta akan pemeliharaan total dari Tuhan. Maryam tidak
mengasingkan diri ke tempat yang asing baginya untuk bersembunyi karena merasa
"berdosa" dengan beban kehamilannya yang tanpa suami. Tetapi Maria
justru berjalan menuju sebuah kampung pegunungan di Yehuda yang dikenal baik
olehnya, yaitu mengunjungi rumah Elisabet, istri Zakharia. Dia mau bersharing
suka-cita dengan Elisabeth, karena tahu berkat Tuhan yang istimewa dilimpahkan
lewat kehamilan keduanya! Maria (dan Elisabet) tidak punya beban apapun kecuali
bangga dan bahagia di dalam kasih dan rencana Tuhan yang disadarinya!].
23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan"
[Maryam – perempuan pilihan Allah SWT diatas semua perempuan yang ada di dalam
alam – mungkinkah bermental lebih rendah daripada orang tak beriman, sehingga
memilih mati dan dilupakan karena tak tahan menderita sakit dan tidak tahu akan
janji dan panggilan Tuhan? Ini bertolak belakang dengan ayat di Alkitab dimana
ia justru bersyukur atas pilihan Tuhan kepada dirinya, sehingga ia berkata:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut
perkataanmu (Gabriel) itu."]
24-26. Maka (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan,
minum dan bersenang hatilah kamu.”
[Jibril muncul lagi? Kali ini dalam bentuk suara yang tidak menawarkan
solusi yang tepat bagi Maryam. Maryam yang kesakitan dan bingung menghadapi
proses melahirkan anak, dikira Jibril bahwa ia itu kelaparan dan bersedih hati,
lalu ditawari makanan dan minuman dan bersenang-senang. Inilah semacam
"sakit di perut, ditempeli obat di pantat". Jibril-ajaib ini sungguh
tidak mempunyai sensitifitas dan kapasitas sebagai utusan Allah yang handal.]
28. "Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina".
[Kesalahan yang konyol dari seorang penyampai wahyu. Dimanapun, Maryam tak
pernah mempunyai Harun sebagai saudara. Jibril/Muhammad buta silsilah dan
mencampur adukkan Miryam (saudara Musa dan Harun) dengan Maryam anak Eli (atau
di Quran disebut anak Imran). Harun dari suku Lewi, dan Maryam dari suku Yehuda
dengan beda masa ribuan tahun diantara keduanya, tidak pernah dirujukkan dalam
tradisi Ibrani sebagai SAUDARA! Itu hanya kreatititas Jibril/Muhammad yang
kebablasan, hasil dengar-dengaran yang diklaim sebagai wahyu!]
30-33. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab...dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup;...Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali".
Pertama-tama, Jibril hanya bisa mengakali orang-orang kafir Arab,
tetapi orang-orang Nasrani (dan juga Yahudi) tahu persis bahwa Yesus justru
membaca Alkitab orang Yahudi di rumah-rumah ibadat (Lukas 4:16 ff). Ia tidak
diberi Alkitab oleh Tuhan Elohim seperti yang dibelokkan oleh Jibril secara
licik. Ia juga tidak pernah berwudhu, berkiblat, bershalat, bertakbir,
bershalawat-nabi, ber-al-Fatihah ria dll. Dia bukan Islam atau Muslim seperti
yang di-retorika-kan oleh Muslim yang satu dan dipercayai oleh Muslim yang
lain. Bila benar, tentu sejarah menjadi lain samasekali, dan Ia pasti telah
mengajarkan dan mewariskannya kepada para muridnya secara historis. Yang diajarkannya tentang "shalat"
justru sangat berlawanan dengan bisikan Jibril dan ajaran Muhammad, yang akan
kita sajikan di bawah nanti.
Kedua, Jibril memutar-balikkan posisi Yesus dengan beraninya.
Yesus tidak pernah berdoa semoga mendapat kesejahteraan atau keselamatan untuk
dirinya, seperti halnya yang dilakukan oleh Muhammad. Sebaliknya Dia-lah sumber
sejahtera yang memberikan kesejahteraan yang sejati: "Marilah kepada-Ku,
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu" (Matius 11:28). Tidak ada manusia yang berani berkata demikian
di dunia yang penuh dengan derita dan air mata. Tidak ada yang mampu Tetapi Dia
membuktikannya dengan selalu memberi berkat dan pemulihan kepada siapa yang
dikunjungi atau yang mengunjunginya dalam kegelisahan akan kebenaran. Dia tidak
datang dengan golok dan nafsu berahi untuk merampas kekayaan atau wanita
cantik. Dia tidak memaksakan "agamanya" atau melaknat musuhnya, Dia
datang untuk mencari yang tersesat dan yang terhilang.
Dan akhirnya, apa yang Jibril maksudkan dengan ayat yang
dibisikinya atas nama Isa disini: (Peace on me) pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali? Apanya yang "Peace" bilamana
semua keberadaan Isa dibingungkan oleh Jibril sendiri? Harap diingat bahwa
Jibril telah mengacaukan kisah keberadaan Isa dengan seorang
"Isa-Isa-an" yang katanya diserupakan oleh Allah demi menipu-daya
semua orang-orang Yahudi (Sura 3:54 dalam kaitan dengan Sura 4:157). Akibatnya
ayat "peace" diatas kini menjadi pusat perbantahan diantara
cerdik-pandai Muslim sendiri. Ayat yang sederhana dan secara linier
menggariskan waktu kehidupan Isa – lahir-mati-bangkit - kini ternyata menjadi rumit karena
diinterupsi oleh penyangkalan kematian Yesus di atas kayu salib! Akibatnya
garis linier itu harus dibelokkan menjadi urutan yang berbeda samasekali, padahal ia adalah garis linear
hasil kata-kata ulangan Jibril yang sama yang dikenakan kepada Yahya dalam ayat
15! Ya, perhatikan belokannya
yang tidak tercari dalam wahyu (alias dongeng, dan kisahnya akan berbeda lewat
sumber yang berbeda pula):
- LAHIR
(dengan unsur surga: Kalimat dan Roh Allah, Sura 4:171).
- TIDAK
JADI MATI (tetapi diangkat ke surga, Sura 4:158).
- TURUN
KE BUMI KEMBALI (sebagai Yesus Muslim, entah kapan/bagaimana).
- MENEGAKKAN
KEBENARAN ALLAH (sebagai hakim yang adil, membunuh babi, menghancurkan
salib, meredakan peperangan, memuat harta benda melimpah (Shahih Bukhari
4/343, 6/356). Dan Isa akan mengadili menurut hukum Islam...semua orang
diharuskan untuk memeluk Islam dan tidak akan ada pilihan lain (Shahih
Usmani, p.59). Rasulullah SAW bersabda, "Isa bin Maryam turun dengan
membenarkan Muhammad atas agamanya, lalu membunuh Dajjal, kemudian itu
tidak lain merupakan tanda hari kiamat" (Musnad Imam Ahmad, 3/13).
- WAFAT
SUNGGUHAN, KEMUDIAN DIBANGKITKAN, DAN NAIK SURGA? (Sura 3:55?). Tak ada
yang tahu dan berani bertanggung jawab atas Yesus Muslim yang satu
ini!
Kembali kepada apa yang diajarkan Yesus Kristus (bukan Yesus
Muslim) tentang "shalat" yang justru sangat berlawanan dengan bisikan Jibril dan ajaran
Muhammad, baik dalam tata-cara, lokasi ruang, maupun dalam konten doa dan sikap
hati. Yesus berkata:
"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan
barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran"
(Yohanes 4:23-24).
"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula
dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal
Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan" (Matius 6:6-7).
Doa dan penyembahan kepada Tuhan yang adalah ROH, bukan ditentukan
oleh kiblat fisik, atau oleh tempat di Yerusalem atau Mekah (yang dianggap
penuh berkat?), cara berulang-ulang dan bertele-tele; melainkan melakukannya
dengan penuh keheningan (tidak terganggu), dalam kekudusan/kebenaran demi
mempertalikan hati dan roh kita dengan Roh Tuhan! Dan doa semacam itulah yang
akan sampai kepada hadiratNya untuk mendapatkan balasan-Nya! Banyak teman
Muslim kurang tahu akan "rahasia" ini. Tuhan Yang Sejati pada
dasarnya ingin memberi. Itu sebabnya Ia disebut Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang sayangnya tidak dijabarkan dengan cukup dalam teologi Islam. Tetapi
Yesus telah memberi contohnya dengan memberi dirinya. Bahkan Dia memberi kepada
yang pantas sebelum kita meminta.
Ia berkata: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai
sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang
diberikan oleh dunia kepadamu" (Yohanes 14:27). Renungilah, dan datanglah
kepadaNya!
0 komentar:
Posting Komentar
Just Happy