Berita “Sheng Jing Times” ketika peristiwa naga jatuh di Ying Kou. (Foto dari internet)
Pada musim panas tahun 1934, di wilayah Ying Kou (營口), timur laut Tiongkok, telah terjadi naga misterius jatuh dari langit.
Menurut
penuturan saksi mata, wujud dan rupa naga itu persis sama dengan yang
lazim berada di dalam lukisan. Sesudah naga tersebut jatuh di tanah
nampaknya ia sangat lemah dan meronta dengan penderitaan di atas tanah.
Matanya tak dapat dibuka, ekornya tergulung dan dua cakarnya berada di
depan. Setelah tubuhnya mengeluarkan air, badannya semakin lama semakin
kering dan mulai membusuk.
Rakyat kala itu pada umumnya
menganggap naga adalah makhluk rejeki, semua orang hendak membantu naga
yang terjatuh itu balik dengan segera ke langit.
Sebagian
mendirikan atap dari tikar untuk melindunginya dari sengatan matahari,
sebagian lagi memikul air mengguyurkannya ke tubuh sang naga, agar
tubuhnya terhindar dari dehidrasi. Ada sejumlah biksu dan pendeta Dao
berdoa di sebelahnya.
Gerakan merawat sang naga tiada hentinya
berlangsung beberapa hari hingga suatu hari sesudah hujan badai reda,
naga tersebut sekonyong-konyong lenyap dengan misterius.
Namun
setelah lewat 20 hari lebih, sisa jasad naga tersebut (hanya tersisa
kerangka dan sejumlah kecil daging busuk), di dalam semak alang-alang
berjarak 10 km dari hilir sungai Liao dan me-ngeluarkan bau busuk
menyengat.
Peristiwa itu setelah terjadi, menimbulkan kehebohan,
orang-orang membahasnya dengan antusias. Sheng Jing Times (盛京時報) kala
itu memberitakan dengan judul:
“Salah satu penelitian naga jatuh di Ying Chuan: pernyataan Profesor institut produk air tawar/asin: naga-air tewas kekeringan.”
Isinya
sebagai berikut: “Menurut penuturan seksi polisi ke-6, ditemukan sisa
tulang naga beberapa hari yang lalu di antara semak kolam kota ini di
propinsi Hebei, terkapar di depan lintasan barat laut dan
dipertontonkan kepada umum, telah menimbulkan perbincangan janggal,
daging sempat membusuk, tersisa kerangka tulang belulang saja. Apakah
itu betul-betul tulang naga, masih menjadi perdebatan ramai.”
Kala
itu banyak rakyat percaya bahwa itu adalah sisa jasad tulang naga
sungguhan, tetapi professor tersebut beranggapan ia adalah jenis naga
air, bukannya naga pada umumnya, belum ada definisi tetap.
Dari
dalam foto pers tersebut samar-samar bisa kita lihat, kedua tanduk di
atas kepala naga persis dengan yang dilukiskan di dalam lukisan. Tanduk
tumbuh ke arah belakang, bercabang, mirip tanduk rusa sedangkan di atas
kepala jenis naga-air semestinya tidak punya tanduk.
Dua naga hitam dan putih jatuh di desa Hei Shanzi
4
Agustus 2000, setelah hujan lebat lewat, di desa Hei Shanzi, kota Qing
Long, propinsi Shan Dong, Tiongkok, seluruh desa bagaikan diselimuti
oleh halimun tebal.
Tiba-tiba awan hitam bergelayut di antara
langit dan bumi, dengan gerak bergejolak naik-turun yang tak pernah
disaksikan sebelumnya semua penghuni rumah menutup rapat pintu mereka
tak ada yang berani keluar rumah.
Seorang pemuda berani berusia
20-an keluar dari rumah ingin melihat apa yang terjadi. Ia menjelajahi
seluruh desa, selain awan hitam pekat tak dijumpai hal yang tak lazim.
Ia berjalan terus dan se-tibanya di luar desa, pemandangan di depan
matanya membuatnya terperanjat.
Dua ekor naga masing-masing
berwarna hitam dan putih yang terlihat segar bu-gar sedang selonjor di
atas tanah! Ia berjalan mendekati dengan sangat hati-hati dan mencermati
mereka, tanduk, sisik, cakar dan ekor naga-naga tersebut betul-betul
persis seperti di dalam lukisan, hanya jenggotnya saja yang lebih
pendek.
Ia lantas berbalik arah dan lari kencang, sambil
berteriak, “Cepat keluar lihatlah, naga dari langit jatuh, semuanya
cepat lihatlah!”
Setelah mendengar orang-orang berlarian keluar
rumah, dalam waktu singkat, kabar mengejutkan itu segera tersiar di
seluruh pelosok desa.
Dalam waktu singkat, massa dalam jumlah
besar, polisi, pejabat pemerintah berduyun-duyun membanjiri desa kecil
tersebut, dalam sekejap desa Hei Shanzi menjadi hiruk pikuk. Pakar yang
berkaitan dengan bidangnya juga datang, tetapi mereka mengatakan
sejumlah teori yang tak dimengerti orang-orang dan menyangkal eksistensi
naga yang tertampak di depan mata.
Dengan cepat polisi menghalau
orang-orang pergi, menyisakan ilmuwan menjaga tempat itu. Justru pada
saat penjagaan tersebut, naga putih tersebut menghilang pada saat
segumpal awan hitam datang terpontal-pontal.
Para petugas tak mampu menjelaskan tentang raibnya si naga putih, juga tak tahu apa yang harus dilakukan terhadap si naga hitam.
Kala
itu seorang petani tua berusia 70 tahun berkata, “Saya dengar puluhan
tahun yang lalu juga pernah terjadi hal serupa, agar si naga dapat balik
maka orang-orang menyiraminya dengan air.”
Ia menyuruh beberapa
pemuda mengambil beberapa tikar yang dijadikan sebuah tenda dan
menggunakan kendaraan untuk mengangkut air dan menggunakan slang
menyirami tikar tersebut. Dari celah tikar air menetes ke tubuh sang
naga, maka demikianlah si naga dapat bertahan hidup hingga akhir Agustus
2000.
Berita itu sempat tersiar di internet. Namun kini penulis
berusaha mengecek berita seputar tanggal dan lokasi kejadian, tak dapat
menemukan lagi pemberitaan yang berkaitan dengan naga. Sepertinya berita
sang naga menampakkan diri telah dengan sengaja diblokir (di RRT berita
semua media sampai kini masih disensor sangat ketat oleh Partai Komunis
China).Fosil Naga
Selain catatan sejarah, adakah bukti fosil otentik yang bisa membuktikan eksistensi naga?
Pencatatan
dalam kitab-kitab kuno tentang penampakan naga yang kemudian kembali
lagi ke langit, cukup banyak, biasanya dianggap sebagai pertanda baik.
Foto ini merupakan naga yang diawetkan, koleksi kuil Zuiryuji, Osaka,
Jepang.
Ada, hanya saja sangat jarang ditemukan. Kuil Zuiryuji,
Osaka, Jepang, memamerkan sebuah spesimen naga kecil dengan metode
pengawetan kering, spesimen naga tersebut konon pada zaman dinasti Ming.
Tanpa sengaja telah terjaring nelayan di tepi pantai, kemudian dijual
ke Jepang oleh pedagang Tionghoa dan dibeli oleh 萬代籐兵衛, seorang kolektor
terkenal Jepang.
Ia menyumbangkannya kepada pihak kuil Zuiryuji
yang disimpan hingga saat ini. Spesimen itu melalui penanganan anti
pembusukan, kulit luarnya dilapisi dengan serbuk emas, di atas kepala
naga tumbuh tanduk, terdapat kumis panjang di sebelah mulutnya, bentuk
mata lebar dan besar, keseluruhan tubuhnya bersisik, sangat mirip dengan
naga dari hasil karya pahatan. Spesimen hanya sepanjang 1 meter,
kemungkinan adalah naga muda yang belum sempat tumbuh besar.
Foto atau film yang berhasil direkam
Meski
terdapat saksi mata naga, akan tetapi disayangkan, nyaris tak ada foto
naga sungguhan yang tersiar. Di internet ada orang yang menyatakan telah
menjepret foto atau film naga beneran, ada sebagian termasuk salah
prediksi atau memang pemalsuan, namun juga ada sebagian yang kemungkinan
adalah riil.
Terdapat sebuah film konon tentang naga yang
terambil gambarnya di saat sebelum hujan badai di atas danau Gao You –
propinsi Jiang Su, di dalam film tersebut, sedang terjadi pemandangan
ganjil “Naga menyedot air”, ada seekor mahluk berbentuk ular transparan
sembari meliuk, ia secepat kilat menembus lapisan awan ke angkasa, ada
yang berpendapat, mahluk tersebut adalah naga yang menyembunyikan
dirinya di balik lapisan awan.
Pada film lainnya, sang naga juga
sama-sama tidak menampakkan wujud aslinya, dengan berwujud badan
transparan ia hanya bergerak di lapisan awan. Bentuk dan kondisi tubuh
transparan tersebut apabila dicermati, termasuk secara samar-samar dapat
terlihat kaki belakang dan tubuh si naga serta gerakannya sewaktu
bergerak, misalnya sembari bergerak sembari terjadi petir, boleh
dibilang sangat mendekati penuturan orang zaman kuno mengenai naga.
Jika
film-film tersebut layak dipercaya, barangkali bisa memberi sebuah
benang merah bagi kita yakni: sewaktu naga beraktifitas ia eksis dengan
tubuh transparan, kecuali di bawah situasi dan kondisi tertentu, kalau
tidak, sulit terekam oleh kamera.
Perenungan misteri naga
Kesimpulan
dari tulisan di atas, dari catatan pihak pemerintah maupun kalangan
rakyat Tiongkok, penuturan saksi mata dan film sisa jasad tulang naga,
semuanya mengindikasikan jejak eksistensi sang naga, karena itu terlihat
jelas naga bukannya makhluk hidup hasil imajinasi orang zaman kuno.
Sesuai
perkataan beberapa saksi mata berusia lanjut yakni Cai Shoukang, Huang
Zhenfu, Zhang Shunxi dan lain-lain yang menyaksikan dengan mata kepala
sendiri pemandangan gaib “naga terbang di langit” saat peristiwa naga
jatuh di Ying Kou pada 1934.
“Pada kenyataannya, naga bukan
makhluk aneh, mereka itu semacam binatang langka.” Sesuai pengalaman
saksi mata, mereka beranggapan, naga betul-betul eksis. Dewasa ini
terdapat sebagian pakar Tiongkok menjelaskan peristiwa jatuhnya naga di
Ying Kou sebagai kejadian “Ikan paus terdampar”, di-anggap sebagai
omongan yang tidak bertanggung ja-wab, demikian pendapat para bapak
sepuh tersebut.
Saya beranggapan, pada zaman dahulu sewaktu
terjadi penampakan naga di dunia manusia, tukang kayu maupun batu adalah
salah satu penonton dari sekumpulan massa yang barangkali sama seperti
saksi mata zaman kini, mereka berdasarkan pemandangan yang mereka lihat
ini lantas memahat karya seni.
Naga sepertinya memiliki kemampuan
menglamuflase diri, kecuali ia rela untuk dilihat, kalau tidak, pada
umumnya manusia biasa tak dapat melihatnya. Dewasa ini di dalam film
kadang kala naga digambarkan berupa badan transparan, ini juga merupakan
penyebab kesulitan dalam memperoleh bukti nyata. Sang naga sepertinya
juga bisa memilih apakah ia bisa terlihat oleh manusia atau tidak.
Persis
seperti yang dikatakan Einstein: “Ada sebagian orang mengira agama
tidak sesuai dengan logika iptek. Saya adalah seorang peneliti ilpek,
saya mengetahuinya dengan sangat jelas, ilmu pengetahuan hari ini hanya
bisa membuktikan eksistensi suatu makhluk tetapi tak mampu membuktikan
ketidak-eksisannya suatu makhluk.”
Apakah naga itu eksis,
barangkali sudah melewati lingkup yang bisa dibuktikan oleh ilmu
pengetahuan empiris, harus menggunakan sudut pandang dan teori iptek
supranatural barulah bisa menjelaskannya dengan sempurna.Kisah Naga dan Cuaca: Iptek ataukah Legenda
Di dalam kebudayaan tradisional Tiongkok naga adalah binatang dewata pembawa berkah yang mengendalikan hujan. (AFP)
Meskipun
ilmu pengetahuan meteorologi sangat maju, namun ramalan cuaca masih
saja ada keterbatasannya. Dari dongeng sejak zaman Tiongkok kuno
dikatakan naga mengendalikan hujan, sedangkan pada era ilmu empiris
zaman moderen ini, masih saja bermunculan kejadian aneh dan ganjil
tentang kaitan naga dengan hujan……
Ramalan cuaca hari ini
memprediksi hujan akan berhenti, akan tetapi pada malam harinya masih
saja hujan, kenapa? Orang zaman sekarang masih saja tidak terlalu jelas
bilamana hujan turun, turun berapa lama, berapa lebat, faktor apakah
telah membuahkan hasil yang bagaimana, banyak sekali gejala alam
semesta, masih berupa misteri bagi umat manusia, iptek telah menempuh
ribuan km dalam sehari, namun masih saja banyak fenomena yang tak mampu
dipahami melalui iptek zaman sekarang ini, ramalan cuaca hanya bisa
dijadikan sebatas referensi saja.
Deng, petugas senior biro cuaca
pusat Taiwan, membahas ilmu empiris yang dipergunakan oleh ramalan
cuaca beserta kejadian aneh dan ganjil yang berkaitan antara cuaca dan
naga.Titik buta ilmu empiris
Deng
berkata, prinsip terjadinya hujan bagi orang zaman sekarang ialah
menggunakan pemahaman proses sirkulasi memasak air, yakni kalau panas
memuai dan menyusut di kala dingin, sesudah air mendidih, terbentuk uap
air, menemui suhu dingin berubah membeku menjadi tetesan air, awan
terbentuk oleh tetesan-tetesan air kecil-kecil melalui benturan secara
perlahan membesar dan menggumpal, tumbuh semakin besar, kepadatannya
semakin besar pula dan warnanya semakin menghitam, maka terbentuklah
awan hitam, di saat pemampatan semakin berat dan tak lagi kuat terbebani
maka turunlah ia dari langit yaitu yang kita kenal dengan hujan. Ini
adalah penjelasan tentang hujan sesuai ilmu empiris.
Akan
tetapi, kenapa uap air bisa berkumpul menjadi satu? Mengapa ia tidak
bertebaran kemana-mana? Gumpalan awan itu kenapa tidak bisa berlarian ke
tempat lain? Mengapa ia menetap di sana?
Untuk hal-hal seperti
itu tidak ada penjelasan, hasil yang dilihat oleh mata membuat orang
berpikir dan menetapkan hal itu adalah demikian adanya, sedangkan bagian
yang tak dapat dijelaskan dan tak dapat dipahami, semuanya
dikelompokkan sebagai gejala pembentukan “alam”, inilah titik buta ilmu
empiris dewasa ini.Padahal di
dalam ilmu empiris tersimpan secara laten konsep atheisme, turun hujan
dianggap sebagai tindakan yang tidak berkesadar-an dan tidak ada
kehidupan yang mengendalikannya, namun dongeng dan kenyataan
menunjukkan, bahwa dalil ilmu empiris masih terdapat banyak titik-titik
keraguan yang tak dapat diurai.
Adakah hubungan antara hujan dan naga?
Senja
hari 16 Juni 2008, di pusat telaga Gao You di barat kota Gao You,
propinsi Jiang Su muncul fenomena “Naga menyedot air”, dan makhluk
menyerupai naga terbang. (INTERNET)
Pada
16 Juni 2008 di atas angkasa telaga Gao You (高郵湖) propinsi Jiangsu,
Tiongkok, telah terekam foto makhluk hidup yang dicurigai sebagai naga.
Pada senja hari itu, di pusat telaga terlihat pemandangan yang langka
selama puluhan tahun, karena angin puting beliung menyedot air dan
dibawa ke atas langit, membuat air dan langit seolah tersambung oleh
pilar air setinggi seribu meter lebih (di kalangan rakyat Tiongkok,
angin puting beliung disebut “Naga Menyedot Air”).
Pada saat itu
terlihat dengan jelas seekor makhluk hidup kehitam-hitaman yang mirip
dengan naga, secepat kilat menjelajahi awan-awan. Fenomena ganjil “Naga
menyedot air” ini lenyap sesudah berlangsung sekitar 10 menit lamanya,
setelah itu hujan turun dengan sangat deras.
"Naga menyedot air"
adalah sebutan populer untuk angin puting beliung yang muncul dari atas
air, dan tersedotlah air oleh angin sampai naik ke angkasa, bersamaan
itu juga terdapat awan, air, naga.
Selain itu seorang fotografer
pada 22 Juni 2004, di dalam perjalanannya dari Lhasa-Tibet, saat balik
ke pedalaman menumpang pesawat, ketika mencapai angkasa di atas gunung
salju Tibet, di dalam lapisan awan yang bergejolak tanpa sengaja
terjepret olehnya dua ekor naga yang serupa benar dengan yang dari
dongeng, dinamakan “naga Tibet”.Pernah
dianggap sebagai makhluk dewata pada zaman kuno namun terekam oleh
jepretan kamera manusia zaman moderen, bermakna apakah ini? Apakah naga
senantiasa eksis, hanya saja tidak terlihat oleh sebagian besar orang?
Cuaca memberi pertanda apa?
Foto badan naga yang telah diperbesar. (INTERNET)
Foto naga sedang terbang menjelajahi awan yang terekam kamera di atas angkasa Tibet. (INTERNET)
Deng
juga menyebutkan tentang sebuah stasiun TV yang menayangkan acara
dokumentasi seorang Tosu (pendeta taoisme) yang memohon hujan.
Langit
cerah yang mestinya tak berawan, sesudah ritual dilakukan oleh sang
Tosu, tiba-tiba segumpal awan hitam melayang datang dan turun hujan
rintik-rintik sejenak, tosu menjelaskan, “Hujan kecil ini adalah
pinjaman, ini semestinya air hujan yang bakal turun, dipinjam dahulu
sebentar, terlalu banyak tak diijinkan.”
Ada seorang kultivator,
suatu hari di dalam perjalanan pulang menjumpai angin kencang meniup dan
bakal turun hujan, sesampainya di rumah ia langsung duduk bersila
berlatih meditasi. Dari mata ke tiganya ia melihat di dalam awan
tersebut terdapat banyak sekali anak naga sedang bermain, saat itu di
luar sedang terjadi hujan angin yang deras sekali.
Menurut
kalangan para kultivator, bila saat bermeditasi bisa melihat benda yang
tak dapat dilihat oleh mata, hal itu dikarenakan tingkatan kultivator
tersebut sedang naik dan daya kemampuan mata ketiganya telah terbuka,
sehingga daya kemampuan pemantauannya telah menguat.
Deng
mempunyai seorang teman, konon sejak kecil bisa melihat naga, ia mahir
melukis naga, dan lukisannya terkesan hidup adalah karena sambil melihat
naga sambil melukis.
Teman tersebut menjelaskan bahwa saat hujan
petir, pasti ada 3 dewa yang hadir, yakni satu dewa guruh, satu dewi
petir, satunya lagi adalah naga, selain itu mereka bertindak sesuai
urutan, mula pertama dewi petir yang menguasai petir, disusul dewa guruh
melepas guruhnya, kemudian disusul naga bertanggung jawab melepas air
hujan, sedangkan volume air hujan konon dikendalikan oleh sang naga.
Tak
heran cuaca yang penuh perubahan membuat orang tak mampu menebak dan
mengendalikan. Seandainya teori hujan dan cuaca adalah benar
dikendalikan oleh kesadaran dewata, maka tak sulit memahami kenapa
setelah terjadi uap dapat menggumpal menjadi mega, lalu mega tersebut
kenapa bisa berdiam di sana, kenapa bisa menguat menjadi hujan badai,
serta gejala curah hujan yang dibawa oleh angin topan, garis
perjalanannya, berapa lama berlangsung dan lain-lain, membuat umat
manusia yang menepuk dada sendiri bahwa ilmu pengetahuannya telah maju
pesat hingga sekarang tak mampu memprediksinya secara akurat.
Terdapat
sebuah pepatah di Taiwan: “Apabila orang tidak menuruti kehendak langit
maka langit tidak berjalan sesuai hitungan manusia”.
Dewasa ini
cuaca berubah semakin lama semakin tidak menguntungkan bagi eksistensi
umat manusia, orang juga menyadari bahaya ini dan mulai mengajukan
sejumlah upaya untuk memperbaikinya.Barangkali
pemikiran memberlakukan lagi sikap hidup orang kuno tentang manusia
agar menyatu dengan langit, maka baru bisa diperoleh inspirasi jelas
tatkala sang Pencipta menggunakan cuaca untuk memperingatkan perilaku
manusia di bumi.
Persepsi Naga Timur dan Barat Sangat Berbeda
Penggambaran Naga di Timur
Di
dunia timur, wujud naga mewakili kemuliaan dan kesucian; sedangkan di
dunia barat, naga diasosiasikan dengan kejahatan dan api neraka. Mengapa
bisa terjadi perbedaan demikian besar? Apakah naga di sini beda dengan
naga di sana? Mari kita simak legenda dan catatan dari dunia barat dan
timur.
“Naga” di dalam masyarakat Tionghoa, adalah semacam
perlambang kemuliaan, rejeki, kewibawaan dan kesucian. Orang Tionghoa
menganggap diri mereka sebagai keturunan naga.Sebaliknya
di masyarakat Barat, kesan terhadap naga, adalah semacam iblis dan
perlambang kegelapan. Mengapa di Barat dan Timur terdapat perbedaan yang
begitu mencolok tentang kedudukan sang naga?
Legenda naga sakti dari Timur
Mengenai legenda “naga timur”, terdapat 4 macam teori:1. Manusia dan naga satu tubuh
Contoh
yang paling gamblang adalah leluhur orang Tionghoa yakni Fu Xi (伏羲)
dan Nu Wa (女媧) diyakini berbadan ular, atau disebutkan bertubuh naga.
Yan
Shou (延壽), Raja Han Akhir mencatat di dalam kitab Balairung Persembahan
Lu Lingguang (魯靈光殿賦): “Melukis langit dan bumi, terlahir aneka macam
makhluk, serba berbaur dan aneh, dewa gunung roh samudera. Zaman dahulu
kala serba maha luas, pada awal permulaan dunia, 5 naga membandingkan
sayapnya, kaisar manusia berkepala Sembilan, tubuh Fu Xi bersisik, tubuh
Nu Wa berwujud ular.”
2. Naga adalah penjelmaan kaisar arif bijaksana:
Tercatat di dalam kitab kuno Pencatatan tahunan Zhu Shu (竹書紀年) dan Shan Hai Jing (山海經):
…
terutama dijelaskan, Huang Di, Yao, Shun dan Yu (黃帝、堯舜和禹, para kaisar
leluhur pada zaman kuno), pada saat kelahiran dan kemangkatannya selalu
naga sakti menampakkan diri dan diyakini sebagai berkah.
3. Naga adalah roh sakti:
Di dalam kitab kuno Shan Hai Jing (山海經) oleh Guo Pu (郭璞) disebutkan:
…
di zaman Huang Di dan Nu Wa, “naga” senantiasa membantu penguasa
meredakan pemberontakan, dari sini terlihat, “naga” memiliki kekuatan
gaib nan sakti.
4. Naga adalah satwa sakti yang dikendalikan dewata:
Legenda Li Bai menaiki naga menuju langit.
Menurut
legenda, permaisuri raja Tai Zhen, mahir bermain kecapi, setiap kali
main, suaranya merdu sehingga burung-burung berdatangan, sering kali ia
menaiki naga putih untuk berkelana ke 4 samudera.
Xiao Shi, mahir
bersiul. Kaisar Qin Mugong (秦穆公) menikahkan Nong Yu, sang puteri
kepadanya. Xiao Shi mengajarkan isterinya bermain musik, tatkala
bermain, ada burung Hong terbang berkunjung dan hinggap di atas loteng,
Mugong mendirikan podium burung Hong untuk mereka berdua. Kemudian Nong
Yu menunggang burung Hong, sedangkan Xiao Shi menaiki naga dan mereka
terbang ke atas serta menuju dunia atas.
Li Bai, sang penyair
tersohor, konon pada saat berbincang santai dengan seorang tosu (pertapa
taoisme) di atas gunung, baru selesai berbincang, ada orang yang
menyaksikan, mereka berdua di tengah awan, bersama-sama mengendarai sang
naga menuju langit.Legenda naga jahat dari Barat
1. Naga si binatang raksasa penjaga pusaka:
Rafael melukis 2 lukisan cat minyak mengenai St. George memerangi naga jahat. (INTERNET)
Syair narasi yang ditulis pada abad ke-8, Beowulf, adalah lembaran tertua dari dongeng yang tercatat dalam bahasa Inggris kuno.
Cerita
dicatat dari Eropa Utara, pahlawan Beowulf di dalam perang memperoleh
kemenangan dan telah mempertahankan pemerintahannya selama 50 tahun,
oleh karena seekor naga raksasa penyembur api yang dulunya beristirahat
dan menjaga pusaka negara selama 300 tahun, sekali lagi melancarkan
serangan.
Ia berperang melawan sang naga raksasa dalam 3 babak,
akhirnya si naga terpenggal kepalanya, tetapi Beowulf tergigit oleh si
naga raksasa hingga terluka dan cairan racun mematikan telah mengalir di
dalam tubuhnya, dan ia meninggal.
Beowulf menjadi pahlawan
pembantai naga, sedangkan image negatif naga di dunia barat dengan
demikian telah terpateri di dalam memori orang Barat.
2. Naga adalah penjelmaan iblis dan setan:
Di bab 12, paragraf 7–9 Apocalypse Perjanjian Baru:
“Di
langit terjadi perang. Michael beserta pasukannya bertempur dengan
naga. Si naga juga bertempur beserta kelompoknya. Tidak memperoleh
kemenangan maka di langit tiada tempat lagi bagi mereka. Naga raksasa
adalah ular kuno tersebut. Juga dinamakan iblis, atau setan, bertugas
menyesatkan dunia. Ia dilempar ke atas tanah, beserta kelompoknya.”
Di
dalam Alkitab, naga dipandang sebagai iblis, setan, siluman. Bagi orang
Eropa (kuno) yang memandang pemikiran agama Kristen sebagai
satu-satunya literatur yang benar, maka naga berubah menjadi makhluk
yang membuat sengsara umat manusia, ditakuti orang pada umumnya.
Di
dalam Apocalypse, naga memiliki 7 kepala dan 10 tanduk, bisa
menyesatkan hati orang dan membuat orang memasuki jalan kejahatan, 7
kepala melambangkan 7 dosa besar yang mutlak tak boleh dilanggar, 10
tanduk melambangkan 10 dosa kecil yang kemungkinan telah dilanggar.
Orang berdosa yang terpikat dan melakukan pelanggaran bersama-sama dengan naga akan dimasukkan ke dasar neraka.
3. Tersebarnya kisah legenda pembunuh naga:
Catalonia,
Spanyol, di abad pertengahan asalnya adalah sebuah tanah yang subur,
naga raksasa yang bisa terbang dan menyelam telah memusnahkan segalanya.
Agar rakyat dapat hidup, setiap hari mereka mengantarkan seorang gadis
muda dipersembahkan kepada naga raksasa.
Pada suatu hari, sang
puteri cantik juga tak luput menjadi tumbal, seorang pendekar dari
Inggris yang pandai bertempur, dengan segala daya berduel dengan sang
naga, ia menggunakan pedang menusuk jantung si naga raksasa, dalam
sekejap darah segar menyembur keluar dari tubuh sang naga dan telah
membasahi rerumputan di sekitarnya, akhirnya di atas rumput telah
bertumbuhan bunga-bunga mawar merah.
Pendekar yang perkasa telah
menyelamatkan sang puteri, ia memetik salah satu bunga merah itu dan
diberikan kepada puteri cantik, kedua orang tersebut bersumpah untuk
cinta yang abadi.Naga Timur Berwibawa Dan Penuh Berkah
Naga
menjadi salah satu logo Tiongkok, di dalam pameran Expo Aichi – Jepang
pada 2005, di atas dinding pavilion stand Tiongkok terlukis sang naga.
Bentuk
luar naga timur bisa kita simak dari kitab kuno zaman dinasti Song, “Er
Ya Yi 爾雅翼”yang memberi penjelasan sbb.: “Bentuk lukisan naga
tradisional, dikatakan terdapat 3 stop dan 9 mirip, yakni, Dari kepala
hingga pundak, dari pundak hingga pinggang, dan dari pinggang hingga
ekor, dinamakan saling stop. 9 mirip ialah: Tanduk mirip rusa, kepala
mirip unta, mata mirip setan, leher mirip ular, perut mirip kerang,
sisik mirip ikan carp, cakar mirip elang, telapak mirip macan, telinga
mirip sapi.” Selain itu, Dong Yi di dalam kitab “Kumpulan pedoman
melukis naga”mengatakan: “9 mirip ialah: Kepala mirip sapi, mulut mirip
keledai, mata mirip udang, tanduk mirip rusa, telinga mirip gajah, sisik
mirip ikan, jenggot mirip manusia, perut mirip ular, kaki mirip burung
Hong”. Jadi wajah naga timur secara keseluruhan berwujud sangat belas
kasih dan berwibawa.
Pernak-pernik “naga”, dimulai dari perhiasan
giok, tembikar dll semenjak zaman kuno, sudah dipergunakan secara
massal, bahkan kemudian kesenian di dalam kaligrafi, melukis, busana
dll, meski bentuk naga mengikuti perkembangan setiap dinasti, terdapat
pula beberapa perubahan yang berbeda, tetapi perlambang dongeng“naga”,
di dalam hati orang Tionghoa, senantiasa mempunyai posisi yang tak
tergoyahkan. Kehidupan keseharian seseorang, tak lepas dari sandang,
pangan, papan dan bepergian, nyaris semuanya tertera stempel kebudayaan
naga, sudut pandang kebudayaan naga dan kesadaran estetika kebudayaan
naga, semuanya telah meresap di berbagai wilayah dan berbagai bidang
kebudayaan masyarakat.
Bahkan pengaruh itu meliputi seluruh
bangsa Asia, termasuk Jepang dan Korea serta wilayah pemukiman dan kota
Pecinan yang ditempati perantau Tionghoa di berbagai negara dunia.
Setiap tempat yang bersentuhan dengan kebudayaan Tionghoa tak luput dari
eksistensi naga ini.
Rabu, 11 Juli 2012
Peristiwa naga jatuh di Ying Kou
10.24
No comments
0 komentar:
Posting Komentar
Just Happy